Senin, 15 April 2013

KURIKULUM PENDIDIKAN 2013



Kurikulum Baru vs Kurikulum Finlandia


Dalam pernyataannya di media baru -baru ini,Mendiknas mengatakan bahwa penambahan jam belajar pada kurikulum baru masih masuk akal dan dinilai tidak memberatkan siswa. Persoalannya durasi belajar di Indonesia masih terbilang singkat dibanding negara lain."Memang berdasarkan perbandingan dengan negara lain jam belajar di sekolah untuk Indonesia cukup singkat. Apalagi untuk anak usia 7 sampai 8 tahun. Dalam sehari kisarannya hanya sekitar 4 sampai 5 jam. Sebenarnya dengan Finlandia kita tidak jauh berebeda. Tapi dia menambahkan dengan tutorial. Jadi tiap anak atau beberapa anak diberi tutor untuk belajar di luar sekolah. Penambahan jam belajar ini juga mengikuti pola baru dalam kurikulum yang akan diberlakukan pada Juni 2013 nanti. Anak-anak akan diberi ruang seluas-luasnya untuk melakukan observasi dan memperdalam ilmu dengan mencari tahu melalui praktik ringan. Biasanya siswa diberitahu, sekarang siswanya didorong untuk mencari tahu. Ini tentu membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dengan demikian untuk jenjang SD dengan konten 6 mata pelajaran, jam belajar akan ditambah sebanyak empat jam pelajaran per minggu. Untuk SMP dengan 10 mata pelajaran ditambah sebanyak 6 jam pelajaran per minggu,” demikian kata pak Nuh.

Sungguh menarik pernyataan pak Menteri. Meskipun jarang mengeluarkan pernyataan yang ramah dan enak didengar apalagi membuat kita tersenyum, tapi pernyataan beliau di atas bisa membuat kita tertawa. Bagaimana tidak? Anak-anak kita disejajarkan dengan anak-anak di Finlandia! Bagus si, demi kemajuan bangsa! Tapi pak Nuh mungkin lupa. Kalau kita mau sehat kita memang harus minum obat, tetapi jangan lupa sebelum minum obat harus makan dulu. Jadi sebelum menuntut sesuatu dari orang lain, penuhi kewajiban kita dulu pada mereka.
Pak Nuh boleh-boleh saja menuntut anak-anak selevel anak-anak Finlandia, tapi coba bandingkan pelayanan yang diberikan menteri pendidikan Finlandia pada anak-anak di sana dengan pelayanan yang diberikan Mendikbud kita pada anak-anak Indonesia. Mari kita lihat satu per satu.
Kita mulai sejak anak keluar dari rumah. Anak-anak di Finlandia keluar dari rumah langsung disambut oleh bis sekolah yang aman dan nyaman, atau diantar pakai mobil pribadi yang mewah kalau untuk ukuran orang Indonesia. Sekarang kita lihat anak-anak Indonesia. Mereka keluar rumah langsung harus berhadapan dengan maut. Baru-baru ini di TV kita bisa menyaksikan ada anak-anak yang harus menyeberang sungai yang lebar dan ganas ketika berangkat dan pulang sekolah. Bahkan mereka harus mencopot celana atau rok mereka. Menteri pendidikan Finlandia pasti ngakak kalau melihatnya! Adalagi yang menyeberang jembatan yang cuma tinggal talinya. Tak kalah, anak-anak lain juga selalu berhadapan dengan maut, menyeberang jalan yang ramai, ada yang bergelantungan di angkot, ada yang naik di atas angkudes, dan banyak yang jadi pembalap jalanan. Menteri pendidikan Finlandia pasti geleng-geleng kepala melihatnya.
Ketika tiba di sekolah, anak-anak Finlandia disambut oleh suasana yang nyaman, gedung sekolah yang bagus. Anak Indonesia? Lagi-lagi harus berhadapan dengan maut, berita gedung sekolah ambruk bukan hal aneh di negri nan indah ini. Gedung sekolah yang disebut layak di sini, dianggap layak jugakah di Finlandia? Memang ada sekolah yang gedungnya bagus di sini, tapi cuma untuk anak-anak yang berduit.
Ketika berada di dalam kelas, tak usah ditanyakan bagaimana suasana di kelas Finlandia. Di sini? Riuh, satu orang guru menghadapi 40 anak. Mereka harus berbagi buku paket, kalau ada. Atau harus membeli LKS yang sering dianggap bermasalah. Plus harus menghadapi guru yang oleh Mendikbud juga dianggap bermasalah karena jarang yang lulus UKA apalagi UKG. Tapi menteri pendidikan Finlandia mungkin terheran-heran. Bagaimana mungkin guru-guru yang dicap tidak bermutu semacam itu bisa menghasilkan kelulusan UN yang hampir 100% dan nilai matematika banyak yang mencapai 10,00. Ditambah lagi guru-guru yang tidak bermutu itu bisa mencetak menteri pendidikan yang sangat cerdas, dan menteri dan pejabat-pejabat lain yang hebat-hebat, mencetak pengusaha-pengusaha tangguh sehingga ekonomi Indonesia melesat menyaingi negara-negara maju. Atau mungkin orang-orang hebat itu dulu sejak dari taman kanak-kanak tidak belajar di Indonesia?
Tibalah saatnya istirahat, tak usah ditanya lagi hidangan apa yang disajikan oleh menteri pendidikan Finlandia. Anak-anak di negri nan kaya raya ini? Mereka langsung menyerbu penjaja makanan kecil. Meskipun makanan kecil tapi plus, plus bakteri, virus, boraks, pewarna tekstil, MSG, natrium benzoate, pemanis buatan dan lain-lain tapi minus protein, vitamin, mineral dan serat.
Waktunya pulang, anak-anak Indonesia pun berhamburan dengan riang karena merasa terbebas dari segala himpitan. Sebagian mereka tak langsung pulang, berkeliaran, bertemu anak sekolah lain. Iseng-iseng mereka pun tawuran.

Sumber :http://edukasi.kompasiana.com
 

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes